Pages

Minggu, 06 November 2011

Lomba Membuat Novel 1st Novel Soerabaya

Sobat Penulis Muda, Satu lagi event yang akan di gelar oleh Kelab Penulis Muda. Kali ini Kelab Penulis Muda bersama Penerbit Tiga Serangkai akan mengadakan sebuah lomba penulisan novel. Yang kebetulan peserta lomba harus mengikuti Workshop Menulis Novel sehari dan gratis pada tanggal 19 Nopember 2011 di Perpustakaan Kota Surabaya.

Pada workshop Menulis nantinya akan diasuh langsung oleh Bapak Bambang Trim, penulis nasional dan GM. Tiga Serangkai.
Dalam lomba 1st Novel Soerabaya. Peserta di pilih berdasarkan seleksi sinopsis dan outline, di beri waktu satu bulan untuk menyelesaikan bab awal sebagai seleksi pertama. Untuk seleksi kedua harus menyelesaikan keseluruhan cerita dalam novelnya. Dan berhasil lolos seleksi kedua akan diterbitkan oleh penerbit Tiga Serangkai.

Tahapan lomba membuat novel “1st Novel Soerabaya”.
    1. 24 Oktober 2011 : Launch Info Lomba Membuat Novel “1st Novel Soerabaya”
    2. 24 Oktober 2011 sampai 10 Nopember 2011 : Pengiriman sinopsis dan outline.      kirim ke kelabpenulis@gmail.com atau ke asa.media@yahoo.com .
    3. 11 Nopember 2011 sampai 14 Nopember 2011 : Seleksi sinopsis dan outline.
    4. 15 Nopember 2011 : Pengumuman peserta workshop.
    5. 19 Nopember 2011 : Workshop membuat novel “1st Novel Soerabaya”.

Syarat dan ketentuan bisa hubungi mbak ayu 087853368852.

Sabtu, 12 Februari 2011

Bingung Memulai Menulis???!!

Salam Penulis Muda, temen-temen!!!
Gimana neh kabarnya???!! Udah bikin tulisan apa aja nehh???!!
Sebulan kemarin kita udah ngadain work shop penulisan di Magnet Zone. Mungkin bagi temen-temen yang gag bisa datang work shop penulisan. Kali ini saya akan bagi-bagi sedikit artikel. Semoga bisa ngenambah ilmu untuk temen-temen Penulis Muda……
Ada beberapa pertanyaan yang sedikit kami catat intinya seperti ini…. “Saya sebenarnya pengin bikin buku, tapi kenapa ya susah sekali untuk fokus menulis. Kadang udah nulis tiba-tiba kok malah gag semangat???
Gag yakin ama tulisan kita???
Bingung mau bikin tulisan apa??
Gag ada waktu???
Kok gag pede di sebut sbg penulis!!...
Mual, pusing, gatal-gatal….
Gag sempet, karna jalanan macet! becek!! Capek dehhh!!!...

Temen Penulis Muda…
Dari semua alesan yang kita kemukain sebenarnya cuman ngenunjukin ketidak percayaan ama ketidak yakinan diri kita terhadap minat dan kemampuan kita….Selama kita gag bener-bener ngecoba, kita gag bakalan bisa mengukur dan paham seberapa ‘minat’ kah kita menulis….walopun udah ngecoba nulis sekalipun, itupun gag bakal bisa mengukur besarnya ‘minat’ kita untuk bikin buku…karena masih setengah-setengah….

Abraham Maslow, pakar psikologi…bisa di sebut bapak kepribadian. Membagi bentuk kwalitas minat seseorang berdasarkan motivasinya, yang sering kali di sebut ‘piramida kebutuhan’….
Motivasi ini sangat berpengaruh pada kwalitas hidup seseorang,  termasuk di dalamnya adalah minat. Motivasi di klasifikasi kan ke dalam piramida. Mulai dari motivasi yang paling rendah, dah pasti di miliki banyak orang. Motivasi sangat pasaran, yaitu yang selalu berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan perut (biologis). Seseorang yang hidupnya untuk perutnya, ngebuncitin perutnya doang *ma’af, jangan ada yang ngerasa tersindir lho!!* …kayak pepatah lama “Hidup untuk makan”
Kayaknya kwalitas hidupnya paling pasaran deh….
Biar itu orang kaya raya. Pejabat tinggi, rumah gedong, punya banyak mobil mewah, istri tiga. Bisnisnya di mana-mana. Tapi kalo masih serakah dan terbiasa korupsi…..ini level kwalitas hidupnya paling rendah. Begitu juga penulis…plis deh !!! Kalo seandainya pengin jadi penulis yang pengin cepat kaya, gag bakalan cepat kaya. Karena royalty terbitan pertama, buat makan sehari-hari gag bakalan cukup. Gara-gara pengin cepat kaya raya, ntar malah gag punya minat lagi untuk menulis….
Motivasi yang agak tinggi satu level dari kebutuhan-kebutuhan perut (biologis), yaitu rasa aman, kemapanan dan keselamatan. Motivasi ini mungkin udah gag pasaran, tapi masih kebanyakan.  Hidup mapan dan nyaman rasanya emang enak. Udah harapan banyak orang kalo hidup mapan jadi impian. Untuk penulis muda rasa aman dan mapan, kayaknya bukan pilihan jangka pendek dehh…karena pekerjaan menulis bukan pekerjaan yang mapan, aman secara finansial….yahh…kerjaan sampingan dulu aja. Ntar kalo bener-bener produktip, silakan di fokusin tuh menulis buku.
Selanjutnya meningkat ke level motivasi berikutnya, adalah ‘interaksi sosial’. Menulis sebagai keinginan keterlibatan secara social. Ada pengakuan oleh masyarakat sebagai mahluk yang mempunyai status sosial, sebgai penulis. Karena kontribusinya terhadap masyarakat pembaca.  Menulis demi memenuhi kebutuhan interaksi sosial ini akan memberikan pengalaman berharga baik bagi kita sebagai penulis maupun masyarakat pembaca. Alasan motivasi ini berhasil di buktiin ama Raditya Dika dengan blognya yang berisi kehidupannya yang blo’on-blo’onan. Kepentingan awalnya Raditya gag ada motivasi cepet kaya ato hidup mapan, kayak motivasi sebelonnya. Tapi adalah kebutuhan berinteraksi antar sesama bloger. Namun karena si Kambing jantan ini berhasil merawat ‘interkasi social terhadap masyarakat pembacanya. Blognya lari manis di kunjungi banyak orang, konon kabarnya gag cuman orang normal aja. Tapi yang gag normal juga banyak, bahkan demit dan mahluk halus ternyata demen ama blognya.
Dan keberhasilan menulis blognya ini di jadiin buku yang juga malah lebih laris dari pada blognya. Dan hingga sekarang bukunya masih di puja-puja para pembaca di Indonesia. Dan buku pertamanya berhasil di jadiin komik dan pilem, yang gag kalah suksesnya ama buku-bukunya.
Mmmh…kayaknya kalo motivasi ini bolehlah di jadiin alesan kita menulis di bandingkan dua alesan di atas.
Temen Penulis Muda!!...
Hoi!!...
Gag bosan kan baca tulisan saya yang panjang iniee….

Kalo kita demen nonton MotoGP, udah pasti kita kenal ama Valentino Rossi. Pembalap yang sampe sekarang masih di jagoin hampir seluruh manusia di muka bumi ini. Pembalap yang suka di julukin The Doctor ini bener-bener maestro pembalap sejati. Karena apa Rossi adalah yang pertama dalam klasemen terbanyak memenangkan perlombaan dalam sejarah 500 cc / MotoGP, dengan 77 kemenangan, dan kedua di sepanjang masa menang klasemen keseluruhan dengan 103 menang balapan 
§                                 Pertama juara seri terbanyak sepanjang sejarah dengan 78 kemenangan.
§                                 Pertama naik podium terbanyak sepanjang sejarah dengan 129 podium.
§                                 Pertama naik podium terbanyak dalam satu musim dengan 16 podium di 2003, 2005 dan 2008.
§                                 Pertama fastest lap terbanyak dalam satu musim dengan 12 fastest lap di 2003.
§                                 Pertama poin terbanyak dalam satu musim dengan 373 point di 2008.
§                                 Pertama podium secara berurutan dengan 23 podium berurutan, dari GP Portugal 2002 sampai GP Afrika Selatan 2004.
Ini semua karena kwalitas mental juaranya yang sampe saat ini belon ada yang nandingin….sekalipun pernah terjatuh dan kalah, Rossi berhasil bangkit dan berjuang, lalu berhasil menjadi juara lagi.
Ini  karena ‘Harga Dirinya’ yang tinggi. Inilah level motivasi berikutnya. Mereka yang mempunyai harga diri tinggi, pasti memberikan yang terbaik untuk ngebuktiin bahwa dirinya adalah yang terbaik. Biasanya mereka yang mempunyai motivasi ini, udah pasti mengesampingkan imbalan apapun; uang, popularitas,  kekayaan, jabatan dan apapun. Yang ada dalam benak pikirannya, adalah berikan yang terbaik!! berikan yang terbaik!!
berikan yang terbaik!! berikan yang terbaik!! berikan yang terbaik!!!!!.....
kayaknya motivasi ini yang harus di miliki oleh seorang penulis.
Dulu sebelon saya menulis novel Sindrom Fatalis Gagalitus, saya pernah beberapa kali ngobrol ama ama mbak Lan Fang. Novelis Surabaya yang terkenal. Dan hampir ke sembilan novelya selalu di terbitin ama Gramedia.
“Menjadi penulis jangan ikut-ikutan, setengah-setengah dan cuman pengin cepet kaya!! Karena itu bukan penulis yang punya ‘soul’ penulis. Sambil nulis temukan karaktermu dulu. Sering-seringlah bereksperimen!! Pasti kamu akan menjadi penulis yang sempurna….”
Pesan moral ini yang sering di omongin mbak Lan Fang kepada saya.
“ Janganlah mencari kesuksesan, popularitas dan kekayaan….tapi berikan yang terbaik untuk menjadi sempurna…..Kalo kau berhasil memberikan yang terbaik maka sukses, popularitas dan kekayaan akan mengikutimu…” pesan suhu gokil, yang bernama Rachoddas dalam pilem 3 Idiot….
Temen Penulis Muda!!!...
Level Motivasi paling tinggi dari kwalitas manusia yang menurut eyang Maslow adalah ‘Aktualisasi Diri’.
Sebuah kontemplatif tentang keniscayaan, peranan dan kebermaknaan. Bahwa menulis di wujudkan demi kebaikan dan pencerahan orang lain. Maka hidupnya seakan-akan tidak pernah sia-sia. Tidak ada kecemasan dan ketakutan akan kehilangan identitas dirinya.
Mereka  yang mempunyai motivasi ini akan senantiasa terus bersyukur, karena hidupnya sungguh-sungguh berarti.
Psikolog Viktor Frankl (pengarang Man’s Search for Meaning) berhasil nemuin teori tentang kebermaknaan. Bahwa  mengorbankan hidupnya dengan ikhlash maka hidupnya akan lebih bertahan lebih lama.
Ini juga di dukung ama Frederick Herzberg, ilmuan kejiwaan yang kondang….”bahwa pada jaman sekarang gara-gara kebermaknaan bikin manusia bisa survive hidup… pekerjaan yang paling bisa di nikmati adalah pekerjaan yang membawa berkah (bermakna bagi yang lain)…” “Karena kebermaknaan adalah jati diri manusia modern…”
Motivasi ini yang juga di miliki oleh Pramoedya Ananta Toer. Penulis maestro Indonesia. Dan semua buku dan novelnya telah di terjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Kalo saya ketahui 80% hidupnya berada di penjara dan pengasingan. Dan menulislah yang membuat dirinya merdeka dan tetap hidup meski dalam tekanan penjajah dan pemerintah saat itu.
Andai saja ku miliki motivasi ini???!!!...
Temen Penulis Muda…
Ini mungkin sekira dapat membantu temen-temen penulis muda untuk terus menulis dan berkarya….
Kalo bingung ayo kita obrolin bersama….

Bagi sahabat penulis muda...
siapkan bolpoin dan buku tulis...
lalu keluarkan energi kreatifmu keluar di permukaan...
lalu serap apa yg ada di sekitarmu..
lakukan hingga terbentuk sebuah karya....

Rabu, 02 Februari 2011

Sebuah hal

Hujan.
Setiap kali langit sedang bimbang atas segalanya, aku selalu berharap hujan datang.
Karena disetiap tetesnya, tak ada yang lebih detil selain menangkap sisa-sisa rerintikan yang selalu sama. Yak, selalu sama.
Ia juga selalu mampu mengalihkan emosi. Tanpa didengar, tanpa tercium.
Terkadang, hujan juga bisa mengembalikan sebutir memoar tentang dirinya. Lelaki itu.
Katanya, tak ada yang lebih indah selain menikmati lelaki itu melewati tirai hati.
Menikmati.
Lebih baik bisu sama sekali daripada merasakan getaran lain ketika hujan. Katakan saja lumpuh.
Karena hujan adalah nyanyian syahdu yang baru saja hadir ketika kau tidak menginginkannya.
Kilat selalu saja malu tentang nyanyian petir. Padahal, mereka hanya berjarak waktu.
Sebuah kecepatan.
Fisika : kecepatan cahaya lebih besar dari pada kecepatan suara. Setidaknya seperti itu.
Ini mengapa kita mengenal kilat sebelum petir.
Dan baru saja aku tahu : ini mengapa hujan selalu membisikkan kata cinta darinya,sebelum aku menelusuri aroma wajahnya, karena hujan takut terlambat.

Aku tidak mengerti apa arti hujan sebenarnya.
Melebihi proses evaporasi-dan sebagainya kah?
Aku pikir tidak.
Hujan mengajarkanku bagaimana ia lebih rumit ketimbang rasanya.
Ia juga melebihi embun pagi yang tidak pernah bosan membasahi dedaunan yang terkadang bisa saja layu karenanya.
Ia juga mampu mengungkap kebahagiaan melalui tetesannya yang memijat kelopak mata.
Membuatku tertawa, meskipun kawan mencecap, membencinya.
Atau aku juga bisa membenci kelabunya langit, dan ketakutan kawanku bersandar.

Hujan itu bukan tentang kebencian.
Yang bisa merusak tetumbuhan, membuatnya semakin cepat menua.
Bukan tentang keluhan, atau cecapan keletihan yang masih belum bisa bersandar pada tiang kemarau.
Hujan bukan tentang kepergiannya.
Bukan aransemen ulang sebuah tangisan yang malu.

Hujan itu tentang cinta
Bagaimana kita merasakan, bagaimana kita membencinya.
Atau, bagaimana tiba-tiba kesedihan itu terkuak.
Hujan juga tentang dia, tentang segala atmosfer kenikmatan yang tidak pernah bisa berdusta lewat kerlingan matanya, tentang segaris senyum, dan keluhan tentang waktu.


Senja.
Senja itu tentang waktu.
Bagaimana matahari lelah, kemudian bersandar di sang ufuk barat.
Bagaimana gemintang itu berdansa, menampilkan tariannya yang selalu indah.
Bagaimana bulan yang malu atas rupanya yang padahal tidak pernah digubris manusia.
Senja berbicara tentang dihinggapi jingga.
Bukan tentang pujangga kesepian yang meraut asa diiringi nyanyian pena.
Atau gadis galau yang melangkahkan kakinya ke jurang dangkal.

Senja itu sederhana.
Tak berniat menciptakan ketakutan.
Ia tak pernah sengaja menjadikan dirinya tempat keletihan berlabuh.


Imajiku, datanglah padaku.
Injak semua kegetiran melewati batas.
Tunjukkan padaku pelangi satu warna.
Tunjukkan padaku kerlingan itu, kerlingan yang nyaris saja membuatku berkata tidak.
Tunjukkan padaku satu hal yang tidak pernah kuceritakan.

Agar aku dapat mengiyakan ajakanmu mencinta.

ps : dapet ide pas aku lari. that's why i love rain (?)Rahmadana Junita

MANUSIA SALJU

http://www.facebook.com/profile.php?id=100002012026936

by Nuning Susilo (N)

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku.

Suatu hari di ICU. Mesin pompa oksigen terlihat di sisi kiri, di sisi kanannya gelisahku berlomba mengejar hembus nafasmu yang tipis. Engkau menutup mata, namun dari monitor di meja sebelah tempat tidur, aku masih menangkap tanda kehidupan. Aliran cairan bening melintasi darah kering di rongga hidung, menetes deras, saat aku berbisik di ujung daun telingamu, "Bangunlah. Banyak orang menunggumu. Kau orang yang baik!" Tak ada kata cinta saat itu, walau sejak setahun lalu aku ingin mengatakannya. Engkau menangis. Tentu saja aku lebih dari itu!

Sedari tadi kugenggam erat tanganmu, untuk pertama kalinya. Tanganku sudah dingin waktu itu, mencoba menahan rasa. Kulepas tanganmu, akhirnya, untuk kembali pulang. Lalu engkau mengagetkanku. Kau gerakkan tangan itu membabi buta. Selang infus tertarik nyaris copot. Aku kembali, berlari dengan cemas untuk menenangkanmu. Kubisikkan kembali sedikit kata. Matamu tetap terpejam. Lalu aku berpamitan. Dengan janji aku akan kembali menjengukmu. Kali ini engkau lebih tenang. Jauh di lubuk hati aku telah berbohong, "Aku telah menyukai orang lain!”

Awal kisah ini dibangun memang aneh. Aku sedang menikmati keindahan rasa yang ditawarkan seseorang lalu bertemu denganmu dan merasa berbeda. Engkau pribadi yang unik. Cuek dan dingin. Sementara aku, seorang gadis tomboy yang bertingkah terlalu aktif dan pemberontak. Pertemuan kita hanya dihiasi kebekuan. Engkaulah Si Manusia Salju yang hanya bersedia menyapaku ketika sendiri. Engkau tersenyum, tertawa dengan yang lain. Namun segera berlalu jika aku ada. Sesekali engkau merubah arah jika sekiranya kita akan berpapasan di jalan yang sama. Engkau bersikap baik dengan orang lain, memang begitulah engkau selalu, tapi tidak denganku. Kalaupun pernah mengantarku pulang sekali waktu, mungkin itu hanya etika baik seorang pria. Dalam sikap dinginmu kadang kutangkap kau memperhatikanku. Perasaan ini selalu kutepis. Aku tak mau berandai-andai. Sikapmu susah sekali untuk ditebak. Kau ingat di hari itu? Kita berdebat hebat untuk hal yang sepele. Lalu aku menangis. Sering terjadi.

Entah bagaimana bermula, gosip tentang kita beredar luas. Banyak dari kawan kita sering mencandakan kisah kita di berbagai kesempatan. Selintas aku menangkap kekakuan di wajahmu. Aku mulai jengah. Kebekuanmu melelahkanku. Aku mulai ketus dengan banyak hal tentangmu. “Kalau aku tembak, anak itu pasti koma!” begitulah aku sering berkata ketika mereka tertawa mengolok. Mungkin ratusan kali aku mengatakannya. Tuhan mencatatnya. Hingga hari itu tiba. Minggu siang, aku sedang duduk di sebuah kursi, di dalam kamar seorang teman. Tentu saja, cerita kita menjadi obrolan paling menarik di tiap waktu. Dan kami selalu tertawa di antaranya. Sebuah SMS masuk di ponselku waktu itu. Lalu aku membalas SMS itu dengan fasilitas otomatis reply. Sesuatu mengejutkanku. Bukan nama temanku, si pengirim SMS itu, yang tertera, namun namamu. Aku merasakan firasat buruk. “Sudah, jangan dibahas, ntar koma beneran dia!” temanku mencoba menghibur. Aku bergegas pulang. Baru lima menit aku sampai di rumah. Belum sempat kutanggalkan sepatu dan membuka pintu, sebuah panggilan telepon mengejutkanku. “Dia barusan jatuh. Sekarang dibawa ke rumah sakit!” temanku berkata terbata dari ujung sana. Aku terpuruk. Luruh.

Esoknya, bosku di kantor berkata menggoda. “He, sudah kukasih tahu kamu naksir dia. Dan kutanya balik. Dia akan menjawab nanti. Tahu nggak, ekspresinya senang sekali,” bosku tertawa puas bercerita. “Anaknya di rumah sakit, koma,” aku berujar lirih, tertegun, tak peduli bosku menatapku dengan ekspresi berjuta tanya. Perasaanku berkecamuk tidak karuan. Oh, God, inikah caramu mengujiku? Dari perkataanku? Aku mengkutuki diri sendiri.

Kulalui banyak hari dengan perasaan bersalah. Namun cinta tak mudah dibangun atas rasa itu. Hampir dua tahun aku memperjuangkanmu. Dalam kejemuanku, lelahku, aku tergoda kebaikan pria lain. Aku terjebak di antara dua rasa. Cinta dan suka. Tentu saja, kemudian, cinta terpongah dengan kemenangannya. Orang-orang terdekatmu sering datang padaku meminta kejelasan tentang rasa itu. Ah, mengapa bukan engkau sendiri yang datang? Jika aku harus bertanggung jawab, mengapa bukan engkau yang meminta? Percuma bertanya. Sama sia-sianya ketika aku bertanya mengapa baru sekarang aku tahu sejak lama kau telah memiliki rasa yang sama. Ego telah membekukan waktu.

Ada tempat di mana cinta tak bisa diletakkan. Di situlah, aku tersenyum dengan nafas tertahan. Cukup sesaat saja. Jauh di lubuk hati, cinta selalu berteriak. Namun gaungnya pelan menghilang sebelum menyentuh ujung bibir. Aku memulai mengerti untuk bisa dimengerti. Diam adalah pilihan terbaik. Karena melukaimu akan menyakitiku. Demi cinta. Kau tahu? Untuk sebuah alasan : CINTA!

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Menyisakan sebuah pembelajaran hidup. Dari kesederhanaan, tentang keegoisan. Seberapa kita teguh atas kemauan, Tuhan tetaplah penentunya. Senang, melihat takdir waktu memutuskan pilihan terbaik atasmu. Sebuah cinta yang bisa menjagamu lebih dari aku.

Di sini aku tersenyum bersyukur. Tuhan selalu punya rencana hebat. Sejak hari itu, aku lebih berhati-hati memilih kata. Dan lebih terbuka mengungkapkan cinta. Berdoa, berusaha, lalu menyerahkan hasilnya pada Tuhan. Takdir waktu akan membuktikan selalu ada alasan indah di balik setiap luka.

Hari ini, kulepaskan kau dari hatiku. Saatnya menjemput cinta yang lain. Pilihan takdir waktu. Ruang hati telah menunggu.*

di sini kita bertemu, tatap mata itu, debat itu, kebekuan itudi sini, hari ini, kulepaskan kau dari hatiku